Hai Kawan Sehat,Apa kabar nih? Tetap sehat kan? Berikut kami akan bagikan ilmu spesial buat kita, silahkan disimak ya.
Banyak mitos mengenai penis yang berkembang di masyarakat, salah satunya, percaya jika ukuran penis bisa diubah dengan mengonsumsi dan mengoleskan obat tertentu.
Anda juga percaya dengan hal tersebut? Simak dulu penjelasan berikut untuk mengetahui kebenarannya.
1. Ukuran sepatu/ kaki menjadi penanda tepat menentukan ukuran penis. Faktanya, hingga kini tak ada penanda yang bisa dijadikan acuan.
Berbagai penelitian sudah pernah dilakukan untuk mengetahui hubungan ukuran penis dengan suku bangsa, tinggi badan, berat badan, ukuran kaki hingga ukuran bokong. Hasilnya, hingga kini belum ada yang mencapai hasil signifikan.
2. Karena tak bertulang, jadi tak bisa patah. Penis memang tak bertulang, tapi corpora cavernosa (jaringan berserat yang mengantar aliran darah dan terlindungi oleh jaringan ikat) bisa pecah, kata Harry Fisch, M.D., profesor urologi dan pengobatan reproduksi klinis di Weill Cornell Medical College.
Jika struktur penis patah, maka yang dibutuhkan adalah tindakan bedah. Meski jarang, ini tetap bisa terjadi, misalnya ketika Anda dan pasangan melakukan posisi Woman on top. Jadi, tetap berhati-hati ya!
3. Ada obat, krim atau alat yang dapat memperbesar ukuran penis. Faktanya penis hanya bisa dibantu untuk mengeras dengan maksimal, bukan berubah menjadi lebih besar (ukurannya) seperti yang dijanjikan para pengiklan produk obat pembesar penis.
Suplemen dan obat seperti viagra hanya berguna untuk meningkatkan nitric oxide, lalu meningkatkan aliran darah.
Padahal untuk mendapatkan penis sehat, yang dibutuhkan hanyalah dengan menjaga kesehatan jantung. Jadi, daripada mengonsumsi obat pembesar penis, lebih baik minta pria Anda untuk rajin melakukan kardio secara teratur dan menghentikan kebiasaan merokok.
4. Bila ia masih ereksi setelah seks, berarti 'permainan' belum berakhir. Hal ini tidak selalu benar, karena ereksi terkadang masih tetap terjadi meski pria telah ejakulasi.
Jangka waktu penis yang masih ereksi meski telah ejakulasi berbeda-beda pada setiap pria. Begitu pun dengan faktor yang mempengaruhinya, bisa karena kualitas peredaran darah, tingkat terangsangnya atau pil biru yang dikonsumsinya
Anda juga percaya dengan hal tersebut? Simak dulu penjelasan berikut untuk mengetahui kebenarannya.
1. Ukuran sepatu/ kaki menjadi penanda tepat menentukan ukuran penis. Faktanya, hingga kini tak ada penanda yang bisa dijadikan acuan.
Berbagai penelitian sudah pernah dilakukan untuk mengetahui hubungan ukuran penis dengan suku bangsa, tinggi badan, berat badan, ukuran kaki hingga ukuran bokong. Hasilnya, hingga kini belum ada yang mencapai hasil signifikan.
2. Karena tak bertulang, jadi tak bisa patah. Penis memang tak bertulang, tapi corpora cavernosa (jaringan berserat yang mengantar aliran darah dan terlindungi oleh jaringan ikat) bisa pecah, kata Harry Fisch, M.D., profesor urologi dan pengobatan reproduksi klinis di Weill Cornell Medical College.
Jika struktur penis patah, maka yang dibutuhkan adalah tindakan bedah. Meski jarang, ini tetap bisa terjadi, misalnya ketika Anda dan pasangan melakukan posisi Woman on top. Jadi, tetap berhati-hati ya!
3. Ada obat, krim atau alat yang dapat memperbesar ukuran penis. Faktanya penis hanya bisa dibantu untuk mengeras dengan maksimal, bukan berubah menjadi lebih besar (ukurannya) seperti yang dijanjikan para pengiklan produk obat pembesar penis.
Suplemen dan obat seperti viagra hanya berguna untuk meningkatkan nitric oxide, lalu meningkatkan aliran darah.
Padahal untuk mendapatkan penis sehat, yang dibutuhkan hanyalah dengan menjaga kesehatan jantung. Jadi, daripada mengonsumsi obat pembesar penis, lebih baik minta pria Anda untuk rajin melakukan kardio secara teratur dan menghentikan kebiasaan merokok.
4. Bila ia masih ereksi setelah seks, berarti 'permainan' belum berakhir. Hal ini tidak selalu benar, karena ereksi terkadang masih tetap terjadi meski pria telah ejakulasi.
Jangka waktu penis yang masih ereksi meski telah ejakulasi berbeda-beda pada setiap pria. Begitu pun dengan faktor yang mempengaruhinya, bisa karena kualitas peredaran darah, tingkat terangsangnya atau pil biru yang dikonsumsinya